Living in Math: PERMUTASI AND KOMBINASI: 1. Tentukan banyaknya cara untuk menyusun 2 huruf dari huruf-huruf pada kata "ASAL"
2. Tentukan banyaknya susunan berbeda yang d...
Romantic
Cerita Menarik
Diminta dengan sangat, untuk tidak meng-copy, cerita yang ada di blog ini. Jika anda ingin mengekspos di blog anda, tolong sertakan juga link blog ini.. Terima kasih...
Selasa, 05 Maret 2013
Jumat, 08 Juni 2012
Goodbye, My Love
Ferdy merasa seseorang mengawasi gerak-geriknya. Dia
memperhatikan sekelilingnya dan menangkap sepasang matanya yang melihat ke
arahnya. Gadis berambut panjang itu langsung mengalihkan perhatiannya karena
tertangkap basah sedang mengawasi Ferdy. Ferdy tersenyum dengan tingkah laku
gadis itu. “Ferdy, apa kau sudah gila? Kenapa ekspresimu seperti itu?” Tegur
sahabatnya, Joshua. “Sst, apa kau lihat gadis yang ada di belakangku itu? Sejak
dua minggu ini, dia selalu mengawasi kita.” Bisik Ferdy. Joshua memiringkan
wajahnya dan menatap gadis berambut panjang itu, yang lagi-lagi
memperhatikannya namun buru-buru mengalihkan perhatian.
“Kenapa?
Kau merasa terganggu? Tapi yang terlukis di wajahmu malah sebaliknya.” Selidik Joshua.
Ferdy tersenyum malu. “Kalau begitu tunggu apa lagi? Temui dia!” Suruh Joshua.
Ferdy menggeleng. “Ah, tidak-tidak! Lupakan saja!” Tolak Ferdy. “Hey, kau kan
sangat populer di kalangan gadis-gadis. Kenapa sekarang kau jadi pengecut
seperti ini?” Ejek Joshua. “Siapa yang pengecut? Hey, kau dendam padaku atau
apa?” Joshua angkat bahu sambil tersenyum. “Ah, baiklah-baiklah. Aku akan ke
sana.” Ferdy bangkit berdiri. Dia mulai berjalan ke meja gadis yang sedari tadi
memperhatikannya lalu duduk di sampingnya. Gadis itu tampak menunduk malu.
“Namaku
Ferdy. Kau?” Tanya Ferdy. “Grace.” Jawab gadis itu dengan pelan. “Apa?”
“Grace.” Kali ini sedikit lebih keras. “Oke, Grace. Apa kau menyukaiku?” Tanya
Ferdy langsung. Grace terkejut dan langsung menatap Ferdy dengan pandangan tak
percaya. “Tidak! Siapa yang berkata seperti itu?” Sangkal Grace cepat, bahkan
terlalu cepat. “Lalu kenapa kau memperhatikanku terus?” “Bukan kau yang
kuperhatikan.” Sangkal Grace dengan tidak sabar. “Lalu siapa?” Ferdy bingung
namun tiba-tiba ia tersadar. “Jangan-jangan yang kau sukai itu Joshua?” “Jadi
namanya Joshua?” Grace tersipu malu.
“Ahh.. Benar. Jadi Joshua ya?” Ferdy merasa malu namun dia menutupinya dengan
tertawa.
“Baiklah,
aku akan membantumu. Aku akan membantumu mendekati Joshua.” Grace langsung
berseri. “Benarkah? Tapi, kenapa?” Grace senang namun sedikit bingung. Ferdy
tersenyum cool. “Karena aku ingin.” Jawabnya asal. Grace memiringkan kepalanya
bingung. “Ada apa denganmu? Aku kan bilang akan membantumu. Seharusnya kau
senang, apa-apaan reaksimu itu?” Tegur Ferdy tak percaya. “Ah, aku hanya
sedikit bingung saja. Kau ini bercanda atau apa? Tiba-tiba datang dan ingin
membantuku. Kau bahkan tidak mengenalku.” Grace tidak percaya dengan Ferdy.
“Kau tahu kan, aku ini bersahabat akrab dengan Joshua? Kami bahkan tinggal
bersama.” “Jadi?” “Jadi, besar kemungkinanmu untuk bisa mendekati Joshua dengan
bantuanku.” Ferdy menjelaskan. “Benar juga sih. Tapi, apakah kau serius ingin
membantuku? Kalau tujuanmu dari awal hanya ingin main-main, lebih baik lupakan
saja, karena aku sangat serius.” Tegas Grace. Ferdy tersenyum dan mengangguk.
“Aku tahu, semuanya sudah terbaca jelas di matamu.” Ucap Ferdy. Grace langsung
menunduk malu.
Ternyata
yang dimaksud Ferdy dengan kata ‘membantu’ bukan hal yang sama dengan apa yang
Grace pikirkan. Grace pikir Ferdy akan ‘membantu’nya untuk bertemu langsung
dengan Joshua dan memperkenalkannya. Namun ternyata, Ferdy hanya ‘membantu’
Grace untuk menunjukkan bakatnya agar Joshua tertarik padanya dan berinisiatif
untuk mendekati Grace dengan sendirinya.
“Jadi,
apa kemampuanmu yang ingin kau tunjukkan pada Joshua?” Tanya Ferdy. “Aku bisa
bernyanyi dan bermain piano.” Jawab Grace dengan gugup. “Baiklah, cobalah
bernyanyi dan bermain piano! Aku akan merekammu dengan handicamku ini, lalu aku
akan menunjukkannya pada Joshua.” Jelas Ferdy. “A..Apa? Menunjukkannya
langsung?” Grace bertambah gugup. “Tenang saja, jika sekarang kau belum siap, aku
akan menunggumu sampai kau siap.” Ucap Ferdy menenangkan. “Beri aku waktu satu
minggu-ah tidak- beri aku waktu tiga hari untuk berlatih! Aku akan berusaha
sekuat tenaga.” Janji Grace. Ferdy tersenyum melihat semangat Grace yang
berapi-api. “Baik, tiga hari lagi, di studio sekolah. Aku menunggumu setelah
pulang dari sekolah.” Grace mengangguk setuju.
Grace membuka pintu
studio sekolah. Sudah lewat tiga hari dia berlatih dengan keras. Dia tidak mau
terlihat jelek di depan orang yang ia sukai. “Oh, kau sudah datang.” Sapa Ferdy
yang sudah menunggu Grace. “Kau sudah siap?” Tanya Ferdy. Grace mengangguk
mantap. “Baiklah, ayo kita mulai!” Ferdy mulai menyiapkan handicamnya untuk
merekam penampilan Grace. Sedangkan Grace duduk di bangku piano.
Grace mulai menekan
tuts piano. Sambil tersenyum malu, ia mulai bernyanyi. Ferdy yang sedang
memegang handicam langsung terpaku mendengar suara itu. Hatinya bergetar, dia
seperti terbang ke atas langit dan disambut oleh malaikat yang bernyanyi.
“Ferdy!” Panggil Grace. Ferdy tersentak. “Ya? Angel, apa?” Tanya Ferdy reflek.
“Angel? Apa yang kau bicarakan? Aku sudah selesai. Cepat akhiri rekamannya!”
Suruh Grace dengan kesal. Ferdy langsung tersadar dan berhenti merekam video.
“Ah, kau memperjelek
penampilanku.” Gerutu Grace. “Te..Tenang saja, bagian akhirnya bisa diedit
kok.” Grace menghela nafas lega mendengar penjelasan Ferdy. “Tapi, apakah
penampilanku sudah bagus? Apa tidak perlu diulang lagi?” Tanya Grace dengan
takut. Ferdy melihat kembali rekaman ulang video yang baru saja ia rekam. Ferdy
menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ada apa?” Grace penasaran, dia berusaha
merebut handicam dari tangan Ferdy. Ferdy segera menghindar dan mempertahankan
handicamnya. “Ckckck.. Jelek sekali.” Ejek Ferdy.
“Cobaku lihat!” Grace berusaha
merebuut lagi, namun Ferdy lagi-lagi menghindar. “Hey, kenapa kau menghindar?”
Protes Grace kesal. “Kau tidak boleh melihatnya!” “Kenapa? Kenapa begitu? Cepat
tunjukan padaku! Kalau memang jelek, kita bisa mengulangnya lagi.” Desak Grace.
Ferdy menggeleng. “Kau tidak perlu mengulanginya lagi. Penampilan pertama
biasanya menunjukkan kemampuanmu yang sesungguhnya.” Tegas Ferdy. “Tapi,
bagaimana kalau Joshua tidak menyukainya?” “Itu berarti kau gagal.” Jawab Ferdy
singkat. “Hey, itu tidak boleh terjadi! Berikan padaku!” Desak Grace lagi.
Grace menunggu Ferdy di
depan gerbang sekolah dengan gugup. Dia penasaran bagaimana reaksi Joshua
setelah melihat rekaman videonya. “Ferdy!” Panggil Grace saat ia melihat Ferdy
berjalan keluar gerbang. “Oh, hai Grace.” Sapa Ferdy sambil tersenyum.
“Bagaimana? Bagaimana reaksi Joshua saat melihatnya?” Tuntut Grace langsung.
Ferdy tersenyum. “Selamat! Kau berhasil membuat Joshua terpesona melihat
penampilanmu.” Puji Ferdy. Grace ternganga. Dia pikir penampilannya sangat jelek
waktu itu. “Benarkah? Bagaimana reaksinya? Apa yang ia katakan?” Grace
penasaran. “Dia bilang, kau sangat cantik. Suara dan permainan pianomu
sempurna. Katanya, kau terlihat seperti malaikat. Dia bahkan tak henti-hentinya
menonton videomu.” Jawab Ferdy. Grace tersipu malu.
“Tidak berhenti
menonton videoku?” Ferdy mengangguk meyakinkan. “Walaupun sedikit menyeramkan
tapi syukurlah. Dengan begini aku bisa segera bertemu dengannya.” Grace
melonjak senang. “Bertemu?” Ferdy menggeleng. “Tidak-tidak. Belum saatnya kau
bertemu dengannya.” “Belum?” “Kau masih harus berjuang sedikit lagi.” Jelas
Ferdy. “Sedikit.. lagi?” Ferdy mengangguk. “Kenapa begitu?” Protes Grace.
“Joshua ingin melihat perjuanganmu terlebih dahulu sebelum menjadikanmu sebagai
pacarnya.” Penjelasan Ferdy ini membuat Grace cemberut. “Kau sangat aneh. Dulu
kau bilang penampilanku sangat jelek,
tapi ternyata Joshua memuji penampilanku. Lalu kenapa sekarang-” “Itu karena
bagiku kau sangat jelek, tapi mungkin bagi Joshua berbeda.” Grace memukul lengan
Ferdy dengan kesal.
“Ini,
Joshua memberimu ini.” Ferdy menyerahkan sebuah gelang berwarna biru muda
bersembur putih. Grace tersenyum dan memakainya. “Aku akan memakainya setiap
hari.” Ungkap Grace dengan senang. “Menjijikan.” Ejek Ferdy. Senyum di bibir
Grace lenyap. “Apa kau bilang?” “Menjijikan kalau kau memakainya setiap hari.
Pasti bau tidak sedapnya tercium.” Gurau Ferdy. Grace langsung memukuli lengan
Ferdy lagi. Dia sangat kesal karena Ferdy selalu mengejeknya dan tidak pernah
sekalipun memuji penampilannya.
“Jadi dia sangat
menyukai biola?” Tanya Grace antusias. Ferdy mengangguk. “Begitu dia melihat
seseorang bermain biola, dia langsung terpukau dengan orang itu dan tidak
berhenti-berhentinya memuji penampilannya.” Cerita Ferdy. “Jadi itu berarti,
aku harus bermain biola?” Tanya Grace, dia terlihat tidak bersemangat. “Benar.
Tugasmu selanjutnya adalah bermain biola.” Jawab Ferdy. Grace merasa keberatan
dengan tugas ini. “Apa aku tidak boleh hanya bernyanyi atau bermain piano
saja?” Grace mencoba bernegosiasi. “Bernyanyi dan bermain piano lagi? Ckckck..
Joshua pasti akan bosan denganmu.” Ejek Ferdy. Grace cemberut. “Lalu bagaimana
denganmu? Kau pasti juga sudah bosan membantuku kan?” Grace tersinggung.
“Hey, apa hubungannya?”
“Karena kau bosan membantuku, kau membuatku tidak sanggup lagi menghadapi
Joshua. Karena itu kau memberi tugas yang sulit bagiku.” Tuduh Grace. “Tidak!
Kenapa aku harus bosan denganmu? Aku memberimu tugas ini agar Joshua lebih
terpesona lagi denganmu.”
“Biola, tidak bisakah diganti alat musik yang
lain?”
“Ada apa dengan dirimu?
Kenapa kau terlihat sangat membenci biola?”
“Aku hanya tidak bisa
memainkan biola dengan baik.”
“Bohong! Jelas-jelas
dulu kudengar bahwa kau pernah juara lomba biola.”
“Tapi itu kan sudah
tiga tahun yang lalu. Sudah lama aku tidak bermain biola lagi.”
“Kalau begitu, coba
bermain lagi! Mungkin saja kau tetap sehebat dulu.”
Grace berpikir. Mungkin
Ferdy benar. Mungkin saja dia masih bisa bermain biola lagi. “Baiklah. Aku akan
memncobanya sebisa mungkin.” Ucap Grace akhirnya. Ferdy tersenyum senang. “Nah,
berlatihlah dengan baik! Jangan sampai kau membuatku tertawa lagi!” Goda Ferdy.
Grace cemberut. “Tenang saja, aku akan membuatmu terpesona dengan bakatku. Dan
saat itu terjadi, akulah yang akan menertawaimu.” Balas Grace dengan kesal.
Grace berjalan dengan
gugup ke depan gerbang sekolah. Di sana Ferdy sudah menunggunya.
“Ba..Bagaimana? Apakah dia suka dengan permainan biolaku?” Tanya Grace dengan
takut. Ferdy tersenyum. “Kau berhasil. Dia sangat menyukainya. Dia tidak
henti-hentinya memujimu. Kurasa dia sudah jatuh cinta padamu.” Jawab Ferdy.
“Benarkah begitu?” Tanya Grace. Entah mengapa, hatinya tidak merasa senang
ataupun terkejut. Semuanya sudah menjadi hambar baginya. “Ya, dia bilang kau
sangat cantik seperti-” “Seperti malaikat.” Sambung Grace. Grace sudah tahu
bagaimana reaksi Joshua kali ini. Pasti sama dengan yang sebelum-sebelumnya.
Lama-lama Grace menjadi kesal.
“Dia sudah mengatakan
hal itu dulu. Kenapa komentarnya tidak berubah? Kau bilang dia sangat
menyukaiku, tapi di mana dia sekarang? Dia tidak pernah langsung menemuiku,
bahkan ketika kami tidak sengaja bertemu, dia tidak pernah menyapaku. Apa kau
berbohong padaku?” Tuduh Grace dengan kesal. “I..Itu.. belum saatnya..” “Lalu
kapan? Kapan saatnya?” Todong Grace. “Besok.” “Apa?” “Besok dia akan menyatakan
cintanya padamu. Aish, seharusnya ini kejutan. Kau memojokkanku terus sih.”
Gerutu Ferdy. Grace terdiam. Dia merasa menyesal karena tidak mempercayai
Ferdy. Padahal Ferdy benar-benar membantunya.
“Apa? Kau menyesal?” Ferdy menyadari perubahan
ekspresi Grace. Grace langsung menggeleng cepat. “Tidak! Aku bahkan bersyukur
bisa tahu lebih awal. Jadi aku bisa bersiap-siap.” Bantah Grace langsung.
Dan benarlah, keesokkan
harinya, Joshua benar-benar menyatakan cinta pada Grace. Grace senang sekali
karena sekarang cintanya bisa terbalaskan. Sedangkan Ferdy, lagi-lagi ia
disuruh mengabadikan momen indah itu dengan handicamnya.
Beberapa hari kemudian,
Grace dan Joshua merencanakan kencan bersama. “Kau mau kan ikut dengan kami? Aku
butuh seseorang untuk merekam perjalanan kami.” Ajak Grace pada Ferdy. “Kenapa
harus aku?” Protes Ferdy. “Kau kan sahabat kami.” Jawab Joshua sambil tersenyum
simpul. “Ah, baiklah. Tapi kau harus mentraktirku makan setelah ini.” Jawab
Ferdy akhirnya. Grace, Ferdy dan Joshua pergi ke pantai naik bus umum.
Kebetulan saat itu bus sangat sepi. Grace dan Joshua asyik bercanda sambil
sesekali melihat pemandangan indah lewat kaca jendela bus yang ia naiki.
Joshua mengeluarkan
beberapa kartu tarot. “Pilihlah sebuah kartu!” Suruhnya. “Emhh..” Grace tampak berpikir
terlebih dahulu baru kemudian mengambil sebuah kartu. Joshua tersenyum dan
menempelkan kartu tersebut di kaca. Kartu itu bergambarkan seorang wanita.
“Pegang ini!” Joshua menyuruh Grace untuk memegang kartu tarotnya. Sekarang
giliran Joshua yang memilih.
Joshua
memejamkan matanya sebelum mengambil kartu. Dia tersenyum saat melihat kartu
yang ia pilih. Grace tampak bingung dan penasaran dengan apa yang akan Joshua
lakukan. “Nah..” Joshua menempelkan kartunya di kaca bus, tepat bersebelahan
dengan kartu pilihan Grace. Ternyata kartu yang Joshua pilih bergambar seorang
pria, dan jika disatukan akan menjadi sepasang kekasih. Grace tersenyum melihat
sikap Joshua, dia menyandarkan kepalanya di bahu Joshua. Grace tidak percaya
akhirnya Joshua akan berada di sampingnya. Saat ini dia sangat bahagia.
Grace,
Joshua, dan Ferdy sampai di pantai. Grace bersama Joshua tampak asyik bermain
di tepi pantai. “Ferdy, ayo cepat!” Ajak Grace sambil tersenyum. Dia sedikit
kasihan pada Ferdy yang dari tadi mereka abaikan. Grace berusaha memperhatikan
Ferdy, namun hanya sesaat. Saat Joshua memanggilnya dan mengajaknya bermain
bersama, Grace lupa dengan keberadaan Ferdy. “Di mana kartu tarotku ya?” Joshua
mencari kartu-kartu tarotnya namun ia tidak menemukannya. “Kau mencari ini?”
Tanya Grace sambil menunjukan beberapa kartu tarot. Grace tersenyum usil. Dia
melemparkan kartu-kartu tarot itu ke atas dan menyisahkan satu kartu. Kartu
bergambar wanita. Joshua dan Ferdy tersenyum melihat kelakuan Grace yang konyol
itu.
“Ayo
temukan kartumu!” Suruh Grace sambil tertawa. Akhirnya Joshua memilih kartu
yang sudah berserakan di tepi pantai itu satu-persatu. “Hey, apa kau lihat
kartu pasangan ini?” Tanya Joshua pada Ferdy. Ferdy menggeleng sambil merekam,
namun tiba-tiba dia melihat sebuah kartu bergambar pria tepat di depan kakinya.
Ferdy hendak mengambilnya namun ia tidak jadi melakukannya. “Ah, sudahlah,
lupakan saja! Mungkin sudah terbawa ombak.” Joshua menyerah. Mereka akhirnya
berjalan keluar dari pantai.
Ternyata
mereka tidak langsung pulang. Joshua mengajak Grace ke sebuah taman yang penuh
bunga. Grace tampak sangat menikmati pemandangan indah itu. Dia memejamkan mata
dan merentangkan kedua tangannya, merasakan sejuknya udara saat itu. Joshua
menangkap tangan Grace dan menggandengnya. Ferdy melihat kejadian itu, wajahnya
tampak sedih. “Benar, sekarang dia adalah miliknya.” Ferdy sadar akan hal itu
namun hatinya terasa sakit ketika melihat mereka bahagia bersama.
“Hey Joshua, aku
tinggal sebentar ya? Kalian nikmati saja waktu berdua kalian.” Pamit Ferdy.
“Ya, baiklah. Selamat tinggal.” Joshua melambaikan tangannya. Ferdy memutuskan untuk berhenti merekam dan pergi
sejenak, ia berjalan keluar dari taman. “Sekarang, hanya ada aku dan
handicamku.” Ferdy tersenyum lirih sambil menatap handicam di tangannya. Ferdy
mengarahkan handicam ke wajahnya. Ia mulai berbicara pada handicamnya itu.
Saat sedang asyik
dengan handicamnya, tiba-tiba Ferdy mendengar suara Joshua yang memanggilnya.
Dia langsung mengarahkan handicamnya ke tempat Joshua dan Grace berada. Joshua
dan Grace tampak melambaikan tangan dari kejauhan, namun Ferdy merasakan hal
yang aneh pada tingkah-laku mereka. Joshua dan Grace tampak menunjuk sesuatu,
dan sebelum Ferdy dapat mencerna semua itu, truk sudah menabrak tubuhnya.
Joshua dan Grace
menangis saat menyebarkan abu Ferdy di Laut. Mereka sama sekali tidak
menyangkah Ferdy akan meninggalkan mereka secepat itu. Apalagi saat itu mereka
semua mengabaikan keberadaan Ferdy. Keduanya sama-sama menyesal telah mengajak
Ferdy ke acara kencannya. Mereka bahkan tidak bisa menyelamatkan Ferdy saat
truk itu menghantam tubuh Ferdy dan mengakibatkan Ferdy tewas seketika itu
juga.
Joshua akhirnya
mengajak Grace ke tempat Ferdy dan Joshua tinggal. Joshua menyerahkan sebuah
kotak milik Ferdy. “Ferdy ingin kau melihat ini.” Ucap Joshua. Grace terdiam
sambil menatap kotak itu. “Setelah melihat semua ini, kuharap kau akan
baik-baik saja.” Joshua pergi meninggalkan Grace sendirian. Grace mulai membuka
kotak itu. Isinya adalah handicam yang sudah rusak karena kecelakaan waktu itu.
Grace menemukan memori handicam itu dan mencoba melihatnya.
Grace melihat wajahnya
muncul di layar. Dia tersenyum. Saat-saat kencan pertamanya di rekam sempurna
oleh Ferdy, namun Grace merasa sedikit aneh. Hanya wajahnya yang di muncul dalam rekaman tersebut, sedangkan bagian
Joshua hanya sekilas. Bagian video itu berganti. Muncul Ferdy yang berada di
depan layar komputer, sedangkan Joshua ada di sebelahnya. “Bagaimana
menurutmu?” Tanya Ferdy pada Joshua. Ternyata saat itu Ferdy merekam reaksi
Joshua setelah melihat video hasil penampilan Grace. “Emh.. bagus.” Puji
Joshua. “Bagus? Hanya itu saja? Bukankah dia terlihat sangat cantik? Suaranya
indah seperti malaikat.” Komentar Ferdy. Dia memperhatikan komputer dengan
sesakma. “Ah, benar juga.” Sadar Joshua.
Bagian video itu
berganti. Wajah Grace yang sedang bercanda di tepi pantai bersama Joshua,
muncul. Lalu muncul sebuah kartu tarot yang bergambar seorang pria. Wajah Grace
yang tersenyum muncul lagi di layar. Bagian video lagi-lagi berganti. Kali ini,
wajah Ferdy yang muncul di layar. Terlihat oleh Grace, rekaman yang Ferdy rekam
sendiri sebelum kematiannya. “Aku tidak tahu kenapa aku lakukan semua ini,
padahal aku tahu bagaimana sakitnya hatiku saat melihatmu- orang yang kusukai-
bahagia dengan pria lain.” Ungkap Ferdy. Ferdy menoleh, sekarang yang tampak di
layar adalah wajah Joshua dan Grace yang mencoba memperingatkan Ferdy, bahwa
ada truk yang melaju di depannya.
“Tinn..” handicam Ferdy
menangkap sebuah bayangan truk putih dan.. “Brukk..” Layar buram sejenak.
Handicam Ferdy menangkap Joshua yang bergegas lari ke arahnya. Kemudian Ferdy
menggeser handicamnya agar merekam wajahnya yang terbaring di tanah. Ferdy
tersenyum saat itu. “Aku mencintaimu.” Ungkap Ferdy. Seketika itu juga, layar
menjadi buram.
Grace terpukul melihat
rekaman ulang video itu. Dia terkejut mengetahui betapa Ferdy mencintai dan
banyak berkorban untuk kebahagiaannya. Mata Grace berkaca-kaca. Dia hanya
terdiam menatap layar yang telah buram itu. Perlahan-lahan ia memaksakan diri
untuk tersenyum walau hatinya terasa sakit.
Sedangkan di balik
pintu, tampak Joshua yang sedang mengintip keadaan Grace. Joshua juga sudah
menonton rekaman video itu. Hatinya juga merasakan sakit. Dia tidak tega dengan
sahabatnya yang sangat mencintai Grace, namun disisi lain dia juga tidak bisa
melepaskan Grace yang mulai ia cintai. Joshua memaksakan diri untuk tersenyum.
“Kau sangat bodoh. Jika kau mencintainya, kenapa kau tidak berkata padaku dan malah
mendorongku sehingga membuatku terlanjur
mencintainya? Kau menjadikanku sebagai orang yang jahat.” Ungkap Joshua dengan
lirih.
THE
END…
Story By: Yoanita Samantha
Terinspirasi dari: Janette Roseline dan...
8eight - Goodbye, My Love
Langganan:
Postingan (Atom)